BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Sayuran merupakan komoditas
penting yang dibudidayakan oleh petani di berbagai daerah di Indonesia.
Komoditas sayuran merupakancash crop yang
dapat secara nyata mendatangkan keuntungan bagi petani di Indonesia. Dengan
demikian, keberhasilan dalam usaha tani sayuran dapat memberikan sumbangan yang
besar bagi kesejahteraan petani. Konsumsi sayuran di Indonesia diprediksikan
akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan
meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang meningkatnya permintaan
tersebut perlu diantisipasi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas produk
sayuran yang dihasilkan petani di Indonesia. Penyediaan beberapa produk sayuran
tertentu untuk keperluan ekspor juga mulai terbuka.
Salah
satu sayuran di Indonesia yang menggunakan benih adalah mentimun. Mentimun (Cucumis
sativus L.) merupakan
tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi hijaupucat sampai putih. Bentuk buah memanjang seperti torpedo. Daging buahnya perkembangan dari bagian mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen ketika masih setengah masak dan bijibelum masak fisiologi. Buah yang masak biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar (Sugito, 1992).
tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi hijaupucat sampai putih. Bentuk buah memanjang seperti torpedo. Daging buahnya perkembangan dari bagian mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen ketika masih setengah masak dan bijibelum masak fisiologi. Buah yang masak biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar (Sugito, 1992).
Nilai
gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan
vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g
protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02
thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 vitamin A, 0,3 vitamin B1, dan 0,2
vitamin B2 (Reijntjes, 1999). Manfaat Mentimun yang lain yaitu memiliki sifat
diuretik, efek pendingin, dan pembersih yang bermanfaat bagi kulit. Kandungan
air yang tinggi; vitamin A, B, dan C; serta mineral, seperti magnesium, kalium,
mangan, dan silika; membuat mentimun menjadi bagian penting dalam perawatan
kulit. Asam askorbat dan asam caffeic yang hadir dalam mentimun dapat
menurunkan tingkat retensi air, yang pada gilirannya mengurangi pembengkakan di
sekitar mata.
Untuk
mendapatkan buah mentimun yang baik dan memenuhi permintaan masyarakat, maka
kita harus memperhatikan benihnya. Benih yang akan ditanam harus melewati
proses sertifikasi benih dan pengujian mutu benih. Dengan proses pengelolahan
benih yang tepat, maka hasil yang didapatkan akan lebih maksimal setelah
pemanenan dari lapangan. Benih dapat dipasarkan ke konsumen petani dan nilai
produk untuk industry benih akan meningkat secara tidak langsung.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara pengelolahan benih sayuran
mentimun sehingga dapat beredar dikonsumen?
1.3 Tujuan
Dapat mengetahui bagaimana cara pengelolahan benih sayuran mentimun
sehingga dapat beredar ditangan konsumen.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Morfologi Mentimun
Menurut Rukmana (1994), perakaran mentimun
memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembus akar relatif
dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman mentimun
termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun memiliki
batang yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m
dan umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun mempunyai
sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun
adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh
galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat
pada galah/ajir (Sunarjono, 2007).
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan
dangkal, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap
dan langu, serta berbulu tetapi tidak tajam. Dan berbentuk bulat lebar dengan
bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang
tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Sumpena,
2001).
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk
terompet, tanaman ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah
terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah
berbentuk lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal
buah tersebut di bawah mahkota bunga (Nurhayati, 1997). Buah mentimun
muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan sampai
putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara buah mentimun yang sudah
tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua,
dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun antara 12-25 cm dengan
diameter antara 2-5 cm atau tergantung kultivar yang diusahakan (Sumpena,
2001).
2.2
Budidaya Tanaman Mentimun
Untuk pertumbuhan yang optimum diperlukan
iklim kering, sinar matahari yang cukup dengan temperatur optimal antara 210C
– 300C. Sementara untuk suhu perkecambahan biji optimal yang
dibutuhkan antara 250C – 350C Kelembapan
udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah
antara 80-85%. Sementara curah hujan optimal untuk budidaya mentimun adalah
200-400 mm/bln, curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan
apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga
(Sumpena, 2001).
Hasil penelitian Rachmat dan Gerard (1995),
mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian ≥ 1000 m dpl, harus
menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di ketinggian tersebut suhu tanah
≤ 18o C dan suhu udara ≤ 25o C. sehingga
penggunaan mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman
2.3
Syarat Tanah Tanaman Mentimun
Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung
sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik. Mentimun
membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian tempat 100-900 m dpl.
Mentimun juga membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan
bekas penanaman mentimun dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh.
Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran
komersil lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang
sesuai meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011). Tanah gembur, banyak mengandung humus,
tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7
2.4 Kemurnian
Varietas Benih
2.4.1 Isolasi
Menurut Sadjad (1977) untuk
tahap penanaman yaitu :
1. Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50
cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm.
2. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x
60 cm.
3. Waktu
tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat
saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai
4. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2
biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur.
2.4.2 Roguing
rouging adalah proses pemeriksaan
kondisi tanaman dilapangan dan pembuangan tanaman yang tidak dikehendaki, yang
memiliki cirri berbeda yaitu gulma, tanaman species lain, tanaman varietas lain
dalam satu spesies dan tanaman tipe simpang (off type). Tanaman- tanaman ini
disebut sebagai rogues yang tidak dapat diterima kehadirannya di areal usaha
produksi benih karena benihnya akan mengotori produk benih yang akan dipanen
karena ukuran dan bentuknya sangat mirip sehingga tidak dapat dipisahkan atau
dikenali. Adapun tujuan dari dilakukannya rouging dalam produksi benih adalah
untuk menjaga kemurnian varietas yang dibudidayakan (Mugnisyah, 1995).
Rouging dilakukan beberapa kali pada fase pertumbuhan yang
berbeda secara terus menerus sampai sebelum panen. Rouging sebaiknya dilakukan
sepagi mungkin sebelum matahari terlalu panas agar pengenalan terhadap
ciri-ciri kritis yang ada dapat lebih mudah dilakukan. Waktu terbaik dalam
melakukan rouging adalah pada fase pertanaman berbunga penuh karena pada fase
ini sifat-sifat tanaman hamper ditampilkan sepenuhnya dan perbedaan-perbedaan
warna pada bunga akan tampak nyata. Namun, untuk tanaman menyerbuk silang
senaiknya rouging dilakukan pada fase lebih awal yaitu
sebelum pembungaan penuh atau pada saat pembungaan tetapi sebelum serbuk sari
matang dan belum dilepaskan oleh factor penyerbuk (Mugnisyah, 1995). Dalam
produksi benih bersertifikat, rouging diikuti dengan
pemeriksaan lapangan oleh petugas sertifikasi benih. Pemerikasaan lapangan
tersebut dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan dalam membedakan
tanaman-tanaman yang mempunyai ciri yang berbeda dengan tanaman yang sedang
diproduksi.
2.5 Panen dan Pasca
Panen
2.5.1 Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran,
asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida
dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang (Sumpena,
2001). Pemanenan
buah dilaksanak
di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam (Sumpena,
2001).
2.5.2 Pasca Panen
Pasca panen, mentimun mudah mengalami kehilangan kandungan
air setelah panen sehingga buah menjadi keriput dan tidak tahan lama. Oleh
sebab itu setelah panen mentimun disimpan ditempat sejuk. Sebaiknya disimpan
pada wadah yang berlobang agar sirkulasi udara lancar.
2.6 Pengeringan
Benih sayuran dikelompokkan menjadi dua grup sesuai
dengan kondisi benih saat panen, yaitu: (1) benih kering (dry seeds), dipanen setelah kering di tanaman seperti pada buncis, okra, onion, selada, wortel, jagung manis;
dan (2) benih dari buah basah (seeds of
fleshy fruits). Ada dua tipe benih dari buah basah: a) berlendir (mucilaginous layer) pada tomat, mentimun, dan (b) tidak berlendir pada
cabai, terong. Untuk grup dry
seeds, pengeringan dilakukan di bawah matahari,
dirontok secara manual, kemudian dibersihkan. Ekstraksi benih dari
buah basah (misalnya mentimun) dilakukan dengan cara fermentasi 1-2 hari
pada suhu 22-270C.
Pengeringan dilakukan
setelah benih dipanen karena semakin lama penundaan pengeringan, kualitas benih
yang dihasilkan semakin menurun (Hasanah, 1987). Pengeringan benih sampai kadar
air aman segera setelah panen untuk mencegah perkecambahan dan mempertahankan
viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan. Jika tidak deteriorasi akan
terjadi secara cepat karena pertumbuhan/aktivitas mikroba dan pemanasan.
Pengeringan benih dapat dilakukan secara alami dengan cara penjemuran atau
secara buatan dengan mesin elektrik dehydrator elektrik dan membutuhkan waktu
antara 10-12 jam.
2.7 Pembersihan Benih
Untuk memisahkan biji
dengan buahnya, buah kemudian dibelah untuk dikeluarkan isinya dan ditampung
dalam wadah besar untuk diperam 1 malam. Setelah itu dilakukan pencucian untuk
memisahkan benih dengan kotoran lainnya. Setelah itu benih yang telah bersih
kemudian direndam dalam kaporit selama 5 menit, kemudian ditiriskan ditempat
yang teduh selama 2 jam kemudian dijemur selama 3 hari atau sampai kering.
2.8 Prosesing
benih
Biji timun diselimuti gelatin yang mengandung
zat inhibitor, sehingga biji mengalami dormansi. Prosesing benih timun
dilakukan dengan cara mengekstraksi buah, kemudian difermentasi 2 hari supaya
gelatin terpisah dari biji, dan dicuci bersih. Biji timun kemudian dibungkus
kertas dan dikeringkan. Dari satu buah timun rata-rata dapat dihasilkan sekitar
75 biji.
Mutu benih ditingkatkan melalui pengolahan (seed processing) dengan dua cara: (1)
pemisahan benih (separation) dari biji tanaman lain, biji gulma, dan bahan
inert, (2) peningkatan mutu (upgrading) atau eliminasi benih bermutu
rendah. Tujuan utama pengolahan benih
adalah untuk memperoleh persentase maksimum benih murni dengan daya berkecambah
maksimum.
Benih dapat dipisahkan secara mekanis hanya
jika berbeda dalam karakteristik fisik, antara lain: ukuran, panjang, lebar,
ketebalan, bentuk, berat (specific
gravity), tekstur permukaan, warna. Pencampuran mekanis selama panen,
pengeringan, dan prosesing harus dihindari.
2.9 Pengemasan
Benih
Benih harus dikemas dan diberi label sebelum
disimpan. Bahan kemasan (packaging material) merupakan faktor utama yang
mengatur kadar air benih dalam penyimpanan.
Aluminium foil adalah kemasan benih terbaik dibandingkan plastik atau kertas.
Kadar air benih berkesetimbangan (equilibrium)
dengan kelembapan (RH) udara sekitar. Kadar air benih dalam penyimpanan dapat
lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada RH dan permeabilitas bahan
kemasan terhadap air.
Selama
penyimpanan, benih mengalami penurunan mutu (deteriorasi) yang disebabkan oleh RH dan suhu tinggi (abiotik),
aktivitas mikroba (cendawan,
bakteri), insek, kutu, tikus (biotik). Dua faktor terpenting yang mempengaruhi periode hidup benih adalah
kadar air benih (efek dari RH)
dan suhu. Pada umumnya benih
kehilangan viabilitas secara cepat pada RH mendekati 80% dan suhu 25-300C,
tetapi dapat bertahan lebih dari 10 tahun pada RH < 50% dan suhu <
50C.
Dalam Harrington’s rules of thumb (1973),
dinyatakan, periode hidup benih menjadi dua kali lipat atau setengahnya
setiap penurunan atau peningkatan kadar air 1%. Untuk menurunkan RH atau
membuat ruang simpan menjadi kering, dapat digunakan desikan, antara lain silica gel, CaCl (dapat diaktifkan kembali dengan pemanasan), kapur tohor, abu gosok, arang.
Selain RH ruang simpan atau kadar air benih, suhu
ruang simpan juga berpengaruh terhadap viabilitas benih. Menurut Harrington,
periode hidup benih menjadi dua kali lipat atau setengahnya setiap penurunan
atau peningkatan suhu 5.60C. Ruang penyimpanan selain harus kering dan sejuk,
juga harus bersih, serta didesinfektan dan difumigasi bilamana diperlukan.
2.10 Penyimpana Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih
ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan
atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu
mungkin karena musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih
perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan
penyimpanan benih yaitu menjaga
biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi), melindungi biji dari serangan hama dan jamur, mencukupi
persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih
yaitu, suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik
dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga
maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu runag khusus untuk penyimpanan
benih.
Dari penyimpanan benih didapatkan benih ortodoks dan
benih rekalsitan. Benih Ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau
dibawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti :
karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih
dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage”
umumnya pada suhu 2-5oC. sedangkan benih Rekalsitran mempunyai kadar
air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan
selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk
arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau arang.
2.11 Pengujian
Benih
Benih yang akan dilepas
menjadi suatu varietas baru harus melalui pengujian oleh Kantor Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) sesuai dengan Panduan Pengujian Individual
(PPI) yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian Indonesia. Sesuai PPI,
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses sertifikasi adalah :
1)
Bahan yang dibutuhkan
a) Kantor Pusat PVT memutuskan kapan, dimana dan
pada kondisi kualitas apa dan kuantitas berapa materi tanaman harus diserahkan
untuk pengujian varietas. Jumlah minimum materi tanaman atau benih yang
dianjurkan adalah :
· Varietas dengan perbanyakan benih: 20 gram
benih
· Bahan tanaman yang diberikan harus sehat,
tidak menurun vigornya, atau diserang oleh hama atau penyakit penting. Kualitas
benih yang dikirim tidak boleh di bawah standar sertifikasi benih atau
pemasaran, khususnya kemampuan perkecambahan dan kadar air.
b) Benih tidak boleh diberi suatu perlakuan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhannya, kecuali diizinkan atau diminta oleh
pemeriksa PVT. Jika benih telah mendapat suatu perlakuan, maka perlakuan yang
diberikan harus dijelaskan secara rinci.
2)
Pelaksanaan Pengujian
a) Lamanya waktu pengujian minimum 2 (dua)
siklus pertumbuhan.
b) Pengujian biasanya dilaksanakan pada satu
tempat yang ditentukan oleh Kantor Pusat PVT. Jika karakter penting tidak dapat
terlihat pada tempat itu, maka pelaksanaan pengujian dilakukan pada tempat
lain.
c) Pelaksanaan pengujian harus dilakukan pada
kondisi yang dapat menjamin spesies tersebut tumbuh dengan normal. Petak
berukuran cukup sehingga memungkinkan beberapa tanaman atau bagian-bagian
tanaman untuk dipindahkan untuk pengamatan dan pengukuran selama periode tumbuh
tanpa mengganggu penilaian diakhir pengamatan. Tanaman yang digunakan untuk
penilaian minimal 20 tanaman. Tanaman dalam petak petak yang terpisah dapat
diamati dan diukur hanya jika ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang sama.
d) Penilaian lain sebagai tambahan untuk
maksud-maksud tertentu dapat dilaksanakan.
3)
Metode dan Pengamatan
a)Semua tanaman yang disebutkan pada Bab III harus digunakan untuk
pengujian keseragaman. Ditetapkan standar populasi 1%, dengan peluang diterima
paling sedikit 95%. Dalam kasus ukuran contoh, untuk populasi sebanyak 20 tanaman
maka jumlah maksimum tanaman tipe simpang yang diperbolehkan adalah 1 (satu)
tanaman.
b)
Semua
pengamatan ditentukan dengan pengukuran atau penghitungan terhadap 20 tanaman
atau bagian-bagian dari 20 tanaman tersebut.
c)Semua pengamatan pada daun harus dilakukan pada perkembangan daun penuh
sejak buku ke-15.
d) Kecuali ada ketentuan lain, semua pengamatan
pada buah, jika memungkinkan, dilakukan pada buah di batang utama saat stadium
dipasarkan dan sebelum masak fisiologis.
e)Semua pengamatan pada buah muda dilakukan setelah pembungaan.
f) Jika
karakteristik ketahanan digunakan untuk penilaian keunikan, keseragaman dan
kestabilan, maka pencatatan harus dilakukan pada 20 tanaman dalam kondisi
infeksi yang terkendali.
4)
Pengelompokan Varietas
a) Koleksi varietas yang akan dikembangkan harus
dibagi dalam kelompok untuk memudahkan penilaian keunikan. Karakteristik yang
sesuai untuk tujuan pengelompokan adalah karakteristik berdasarkan pengalaman
tidak beragam atau hanya sedikit berbeda dari varietas. Berbagai penampilan yang
berbeda harus tersebar secara merata pada seluruh koleksi varietas.
b) Direkomendasikan penggunaan karakter untuk
pengelompokan varietas sebagai berikut:
i. Tanaman : Jenis kelamin (karakteristik 12)
ii. Buah muda: Warna duri (karakteristik 16)
iii. Partenokarpi (karakteristik 18)
iv. Buah : Panjang (karakteristik 19)
v. Buah : Warna dasar kulit pada tahap siap jual
(karakteristik 26)
vi. Kotiledon: Rasa pahit (karakteristik 42)
5)
Karakteristik dan Simbol
a) Untuk menilai keunikan, keseragaman dan
kestabilan, didasarkan pada daftar karakteristik yang disajikan dalam PPI.
b)
Notasi
(1 - 9), untuk tujuan proses data elektronik, diberikan disamping sifat-sifat
untuk karakteristik yang berbeda.
c)
Legenda:
*) Karakteristik yang selalu harus digunakan
dalam pengujian-pengujian terhadap semua varietas pada setiap periode tumbuh
dan harus selalu diikutsertakan dalam mendeskripsi varietas, kecuali bila
status penampilan sebelumnya atau kondisi lingkungan setempat tidak
memungkinkan untuk digunakan. Setelah mengetahui karakteristik dan simbol dari
varietas yang diuji, maka akan diputuskan apakah benih mentimun tersebut lolos
sertifikasi dan siap diedarkan di pasaran atau tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Indonesia
memiliki tipe iklim tropik, sehingga banyak produk hortikultura yang dapat
ditanam atau dikembangkan dengan mudah
2.
Salah
satu contoh produk hortikultura adalah timun, selain mudah dikembangkan di
Indonesia, prospek atau minat konsumen terhadap sayuran ini sangat tinggi,
Untuk itu perlu pengetahuan mengenai produksi benih untuk tanaman timun agar
didapat benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh baik.
3.
Budidaya
untuk produksi timun memerlukan perlakuan isolasi jarak dan seleksi (rouging)
4.
Saat
panen buah untuk benih timun sekitar 130 hari setelah semai (masak fisiologis)
5.
Dilakukan
pengeringan pada benih timun agar kadar air aman segera setelah panen untuk mencegah
perkecambahan, dan mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan
6.
Dilakukan
prosesing benih untuk menghilangkan gelatin yang menyebabkan benih mengalami
dormansi
DAFTAR PUSTAKA
Mugnisyah, WQ dan Aseo Setiawan. 1995. “Pengantar Produksi Benih . Jakarta : Raja
Gravindo Persada.
Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca C.DC. Skrpisi. Bogor.
Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Rachmat, S. dan Geraad Grubben. 1995. Pedoman Bertanam
Sayuran Dataran Rendah. Prosea Indonesia dan Balai Penelitian Hortikultura.
Universitas Gadja Mada. Hal, 102-104.
Reijntjes, C, B. Haverkorb, A. Waters-Bayers.
1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta. :Kanisius. Hal, 44-45.
Rukmana, R. 1994. Budidaya
Mentimun. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hal, 5-8.
Sadjad. S. 1977. Catatan Sejarah
Tentang Pengembangan Mutu Benih. Vol. 2. Penataran Latihan Pola
Beranam, LP3 IRRI, Bogor. Hal, 1-12.
Sugito, J. 1992. Sayur
Komersial. Jakarta.:Penebar Swadaya. Hal, 106-112.
Sumpena, U. 2001. Budidaya
Mentimun Intensif dengan Mulsa Secara Tumpang Gilir. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal, 1-46.
Sunarjono, H, H. 2007. Bertanam
30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal, 109-114.
0 komentar:
Posting Komentar