Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pages

Pengelolaan Benih Hortikultura

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Sayuran merupakan komoditas penting yang dibudidayakan oleh petani di berbagai daerah di Indonesia. Komoditas sayuran merupakancash crop yang dapat secara nyata mendatangkan keuntungan bagi petani di Indonesia. Dengan demikian, keberhasilan dalam usaha tani sayuran dapat memberikan sumbangan yang besar bagi kesejahteraan petani. Konsumsi sayuran di Indonesia diprediksikan akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang meningkatnya permintaan tersebut perlu diantisipasi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas produk sayuran yang dihasilkan petani di Indonesia. Penyediaan beberapa produk sayuran tertentu untuk keperluan ekspor juga mulai terbuka.
Salah satu sayuran di Indonesia yang menggunakan benih adalah mentimun. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan
tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi hijaupucat sampai putih. Bentuk buah memanjang seperti torpedo. Daging buahnya perkembangan dari bagian mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen ketika masih setengah masak dan bijibelum masak fisiologi. Buah yang masak biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar (Sugito, 1992).
Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 vitamin A, 0,3 vitamin B1, dan 0,2 vitamin B2 (Reijntjes, 1999). Manfaat Mentimun yang lain yaitu memiliki sifat diuretik, efek pendingin, dan pembersih yang bermanfaat bagi kulit. Kandungan air yang tinggi; vitamin A, B, dan C; serta mineral, seperti magnesium, kalium, mangan, dan silika; membuat mentimun menjadi bagian penting dalam perawatan kulit. Asam askorbat dan asam caffeic yang hadir dalam mentimun dapat menurunkan tingkat retensi air, yang pada gilirannya mengurangi pembengkakan di sekitar mata.
Untuk mendapatkan buah mentimun yang baik dan memenuhi permintaan masyarakat, maka kita harus memperhatikan benihnya. Benih yang akan ditanam harus melewati proses sertifikasi benih dan pengujian mutu benih. Dengan proses pengelolahan benih yang tepat, maka hasil yang didapatkan akan lebih maksimal setelah pemanenan dari lapangan. Benih dapat dipasarkan ke konsumen petani dan nilai produk untuk industry benih akan meningkat secara tidak langsung.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara pengelolahan benih sayuran mentimun sehingga dapat beredar dikonsumen?
1.3  Tujuan
Dapat mengetahui bagaimana cara pengelolahan benih sayuran mentimun sehingga dapat beredar ditangan konsumen.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Morfologi Mentimun
Menurut Rukmana (1994), perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembus akar relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan  umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir (Sunarjono, 2007).
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta berbulu tetapi tidak tajam. Dan berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Sumpena, 2001).
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga (Nurhayati, 1997).  Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau tergantung kultivar yang diusahakan (Sumpena, 2001).


2.2    Budidaya Tanaman Mentimun
Untuk pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup dengan temperatur optimal antara 210C – 300C. Sementara untuk suhu perkecambahan biji optimal yang dibutuhkan antara 250C – 350C Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Sementara curah hujan optimal untuk budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bln, curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
Hasil penelitian Rachmat dan Gerard (1995), mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian ≥ 1000 m dpl, harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18C dan suhu udara ≤ 25C. sehingga penggunaan mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman
2.3    Syarat Tanah Tanaman Mentimun
Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik. Mentimun membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian tempat 100-900 m dpl. Mentimun juga membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas penanaman mentimun dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh. Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran komersil lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011). Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7
2.4     Kemurnian Varietas Benih
2.4.1 Isolasi
Menurut Sadjad (1977) untuk tahap penanaman yaitu :
1.    Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm,    30 x 40 cm.
2.    Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
3.  Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai
4.    Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur.
2.4.2 Roguing
rouging adalah proses pemeriksaan kondisi tanaman dilapangan dan pembuangan tanaman yang tidak dikehendaki, yang memiliki cirri berbeda yaitu gulma, tanaman species lain, tanaman varietas lain dalam satu spesies dan tanaman tipe simpang (off type). Tanaman- tanaman ini disebut sebagai rogues yang tidak dapat diterima kehadirannya di areal usaha produksi benih karena benihnya akan mengotori produk benih yang akan dipanen karena ukuran dan bentuknya sangat mirip sehingga tidak dapat dipisahkan atau dikenali. Adapun tujuan dari dilakukannya rouging dalam produksi benih adalah untuk menjaga kemurnian varietas yang dibudidayakan (Mugnisyah, 1995).
Rouging dilakukan beberapa kali pada fase pertumbuhan yang berbeda secara terus menerus sampai sebelum panen. Rouging sebaiknya dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terlalu panas agar pengenalan terhadap ciri-ciri kritis yang ada dapat lebih mudah dilakukan. Waktu terbaik dalam melakukan rouging adalah pada fase pertanaman berbunga penuh karena pada fase ini sifat-sifat tanaman hamper ditampilkan sepenuhnya dan perbedaan-perbedaan warna pada bunga akan tampak nyata. Namun, untuk tanaman menyerbuk silang senaiknya rouging dilakukan pada fase lebih awal yaitu sebelum pembungaan penuh atau pada saat pembungaan tetapi sebelum serbuk sari matang dan belum dilepaskan oleh factor penyerbuk (Mugnisyah, 1995). Dalam produksi benih bersertifikat, rouging diikuti dengan pemeriksaan lapangan oleh petugas sertifikasi benih. Pemerikasaan lapangan tersebut dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan dalam membedakan tanaman-tanaman yang mempunyai ciri yang berbeda dengan tanaman yang sedang diproduksi.
2.5   Panen dan Pasca Panen
2.5.1 Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang (Sumpena, 2001). Pemanenan
  buah dilaksanak di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai    buah dengan pisau tajam (Sumpena, 2001).
2.5.2 Pasca Panen
Pasca panen, mentimun mudah mengalami kehilangan kandungan air setelah panen sehingga buah menjadi keriput dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu setelah panen mentimun disimpan ditempat sejuk. Sebaiknya disimpan pada wadah yang berlobang agar sirkulasi udara lancar.
2.6     Pengeringan
Benih sayuran dikelompokkan menjadi dua grup sesuai dengan kondisi benih saat panen, yaitu: (1) benih kering (dry seeds), dipanen setelah kering di tanaman seperti pada  buncis, okra, onion, selada, wortel, jagung manis; dan (2) benih dari buah basah (seeds of fleshy fruits). Ada dua tipe benih dari buah basah: a) berlendir (mucilaginous layer) pada  tomat, mentimun, dan (b) tidak berlendir pada cabai, terong. Untuk grup dry seeds, pengeringan dilakukan di bawah matahari, dirontok secara manual, kemudian dibersihkan. Ekstraksi benih dari buah basah (misalnya mentimun) dilakukan dengan cara fermentasi 1-2 hari pada  suhu 22-270C.
Pengeringan dilakukan setelah benih dipanen karena semakin lama penundaan pengeringan, kualitas benih yang dihasilkan semakin menurun (Hasanah, 1987). Pengeringan benih sampai kadar air aman segera setelah panen untuk mencegah perkecambahan dan mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan. Jika tidak deteriorasi akan terjadi secara cepat karena pertumbuhan/aktivitas mikroba dan pemanasan. Pengeringan benih dapat dilakukan secara alami dengan cara penjemuran atau secara buatan dengan mesin elektrik dehydrator elektrik dan membutuhkan waktu antara 10-12 jam.
2.7   Pembersihan Benih
Untuk memisahkan  biji dengan buahnya, buah kemudian dibelah untuk dikeluarkan isinya dan ditampung dalam wadah besar untuk diperam 1 malam. Setelah itu dilakukan pencucian untuk memisahkan benih dengan kotoran lainnya. Setelah itu benih yang telah bersih kemudian direndam dalam kaporit selama 5 menit, kemudian ditiriskan ditempat yang teduh selama 2 jam kemudian dijemur selama 3 hari atau sampai kering.
2.8 Prosesing benih
Biji timun diselimuti gelatin yang mengandung zat inhibitor, sehingga biji mengalami dormansi. Prosesing benih timun dilakukan dengan cara mengekstraksi buah, kemudian difermentasi 2 hari supaya gelatin terpisah dari biji, dan dicuci bersih. Biji timun kemudian dibungkus kertas dan dikeringkan. Dari satu buah timun rata-rata dapat dihasilkan sekitar 75 biji.
Mutu benih ditingkatkan melalui pengolahan (seed processing) dengan dua cara: (1) pemisahan benih (separation) dari biji tanaman lain, biji gulma, dan bahan inert, (2) peningkatan mutu (upgrading) atau eliminasi benih bermutu rendah.  Tujuan utama pengolahan benih adalah untuk memperoleh persentase maksimum benih murni dengan daya berkecambah maksimum.
Benih dapat dipisahkan secara mekanis hanya jika berbeda dalam karakteristik fisik, antara lain: ukuran, panjang, lebar, ketebalan, bentuk, berat (specific gravity), tekstur permukaan, warna. Pencampuran mekanis selama panen, pengeringan, dan prosesing harus dihindari.
2.9    Pengemasan Benih
Benih harus dikemas dan diberi label sebelum disimpan. Bahan kemasan (packaging material) merupakan faktor utama yang mengatur kadar air benih dalam  penyimpanan. Aluminium foil adalah kemasan benih terbaik dibandingkan plastik atau kertas. Kadar air benih berkesetimbangan (equilibrium) dengan kelembapan (RH) udara sekitar. Kadar air benih dalam penyimpanan dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada RH dan permeabilitas bahan kemasan terhadap air.
Selama penyimpanan, benih mengalami penurunan mutu (deteriorasi) yang disebabkan oleh RH dan suhu tinggi (abiotik), aktivitas mikroba (cendawan, bakteri), insek, kutu, tikus (biotik). Dua faktor terpenting yang mempengaruhi periode hidup benih adalah kadar air benih (efek dari RH) dan suhu. Pada umumnya benih kehilangan viabilitas secara cepat pada RH mendekati 80% dan suhu 25-300C, tetapi dapat bertahan lebih dari 10 tahun pada RH < 50% dan suhu < 50C.
Dalam Harrington’s rules of thumb (1973),  dinyatakan, periode hidup benih menjadi dua kali lipat atau setengahnya setiap penurunan atau peningkatan kadar air 1%. Untuk menurunkan RH atau membuat ruang simpan menjadi kering, dapat digunakan desikan, antara lain silica gel, CaCl (dapat diaktifkan  kembali dengan pemanasan), kapur tohor,  abu gosok, arang.
Selain RH ruang simpan atau kadar air benih, suhu ruang simpan juga berpengaruh terhadap viabilitas benih. Menurut Harrington, periode hidup benih menjadi dua kali lipat atau setengahnya setiap penurunan atau peningkatan suhu 5.60C.  Ruang penyimpanan selain harus kering dan sejuk, juga harus bersih, serta didesinfektan dan difumigasi bilamana diperlukan.
2.10  Penyimpana Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin karena musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan benih yaitu menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi), melindungi biji dari serangan hama dan jamur, mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu runag khusus untuk penyimpanan benih.
Dari penyimpanan benih didapatkan benih ortodoks dan benih rekalsitan. Benih Ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage” umumnya pada suhu 2-5oC. sedangkan benih Rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau arang.
2.11  Pengujian Benih
Benih yang akan dilepas menjadi suatu varietas baru harus melalui pengujian oleh Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) sesuai dengan Panduan Pengujian Individual (PPI) yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian Indonesia. Sesuai PPI, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses sertifikasi adalah :
1)      Bahan yang dibutuhkan
a)   Kantor Pusat PVT memutuskan kapan, dimana dan pada kondisi kualitas apa dan kuantitas berapa materi tanaman harus diserahkan untuk pengujian varietas. Jumlah minimum materi tanaman atau benih yang dianjurkan adalah :
·      Varietas dengan perbanyakan benih: 20 gram benih
·      Bahan tanaman yang diberikan harus sehat, tidak menurun vigornya, atau diserang oleh hama atau penyakit penting. Kualitas benih yang dikirim tidak boleh di bawah standar sertifikasi benih atau pemasaran, khususnya kemampuan perkecambahan dan kadar air.
b)   Benih tidak boleh diberi suatu perlakuan yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya, kecuali diizinkan atau diminta oleh pemeriksa PVT. Jika benih telah mendapat suatu perlakuan, maka perlakuan yang diberikan harus dijelaskan secara rinci.
2)      Pelaksanaan Pengujian
a)   Lamanya waktu pengujian minimum 2 (dua) siklus pertumbuhan.
b)   Pengujian biasanya dilaksanakan pada satu tempat yang ditentukan oleh Kantor Pusat PVT. Jika karakter penting tidak dapat terlihat pada tempat itu, maka pelaksanaan pengujian dilakukan pada tempat lain.
c)   Pelaksanaan pengujian harus dilakukan pada kondisi yang dapat menjamin spesies tersebut tumbuh dengan normal. Petak berukuran cukup sehingga memungkinkan beberapa tanaman atau bagian-bagian tanaman untuk dipindahkan untuk pengamatan dan pengukuran selama periode tumbuh tanpa mengganggu penilaian diakhir pengamatan. Tanaman yang digunakan untuk penilaian minimal 20 tanaman. Tanaman dalam petak petak yang terpisah dapat diamati dan diukur hanya jika ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang sama.
d)  Penilaian lain sebagai tambahan untuk maksud-maksud tertentu dapat dilaksanakan.
3)      Metode dan Pengamatan
a)Semua tanaman yang disebutkan pada Bab III harus digunakan untuk pengujian keseragaman. Ditetapkan standar populasi 1%, dengan peluang diterima paling sedikit 95%. Dalam kasus ukuran contoh, untuk populasi sebanyak 20 tanaman maka jumlah maksimum tanaman tipe simpang yang diperbolehkan adalah 1 (satu) tanaman.
b)   Semua pengamatan ditentukan dengan pengukuran atau penghitungan terhadap 20 tanaman atau bagian-bagian dari 20 tanaman tersebut.
c)Semua pengamatan pada daun harus dilakukan pada perkembangan daun penuh sejak buku ke-15.
d)  Kecuali ada ketentuan lain, semua pengamatan pada buah, jika memungkinkan, dilakukan pada buah di batang utama saat stadium dipasarkan dan sebelum masak fisiologis.
e)Semua pengamatan pada buah muda dilakukan setelah pembungaan.
f)  Jika karakteristik ketahanan digunakan untuk penilaian keunikan, keseragaman dan kestabilan, maka pencatatan harus dilakukan pada 20 tanaman dalam kondisi infeksi yang terkendali.
4)      Pengelompokan Varietas
a)   Koleksi varietas yang akan dikembangkan harus dibagi dalam kelompok untuk memudahkan penilaian keunikan. Karakteristik yang sesuai untuk tujuan pengelompokan adalah karakteristik berdasarkan pengalaman tidak beragam atau hanya sedikit berbeda dari varietas. Berbagai penampilan yang berbeda harus tersebar secara merata pada seluruh koleksi varietas.
b)   Direkomendasikan penggunaan karakter untuk pengelompokan varietas sebagai berikut:
                                i.   Tanaman : Jenis kelamin (karakteristik 12)
                              ii.   Buah muda: Warna duri (karakteristik 16)
                            iii.   Partenokarpi (karakteristik 18)
                            iv.   Buah : Panjang (karakteristik 19)
                              v.   Buah : Warna dasar kulit pada tahap siap jual (karakteristik 26)
                            vi.   Kotiledon: Rasa pahit (karakteristik 42)
5)      Karakteristik dan Simbol
a)    Untuk menilai keunikan, keseragaman dan kestabilan, didasarkan pada daftar karakteristik yang disajikan dalam PPI.
b)   Notasi (1 - 9), untuk tujuan proses data elektronik, diberikan disamping sifat-sifat untuk karakteristik yang berbeda.
c)    Legenda:
*) Karakteristik yang selalu harus digunakan dalam pengujian-pengujian terhadap semua varietas pada setiap periode tumbuh dan harus selalu diikutsertakan dalam mendeskripsi varietas, kecuali bila status penampilan sebelumnya atau kondisi lingkungan setempat tidak memungkinkan untuk digunakan. Setelah mengetahui karakteristik dan simbol dari varietas yang diuji, maka akan diputuskan apakah benih mentimun tersebut lolos sertifikasi dan siap diedarkan di pasaran atau tidak.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.    Indonesia memiliki tipe iklim tropik, sehingga banyak produk hortikultura yang dapat ditanam atau dikembangkan dengan mudah
2.    Salah satu contoh produk hortikultura adalah timun, selain mudah dikembangkan di Indonesia, prospek atau minat konsumen terhadap sayuran ini sangat tinggi, Untuk itu perlu pengetahuan mengenai produksi benih untuk tanaman timun agar didapat benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh baik.
3.    Budidaya untuk produksi timun memerlukan perlakuan isolasi jarak dan seleksi (rouging)
4.    Saat panen buah untuk benih timun sekitar 130 hari setelah semai (masak fisiologis)
5.    Dilakukan pengeringan pada benih timun agar kadar air aman segera setelah panen untuk mencegah perkecambahan, dan mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan
6.    Dilakukan prosesing benih untuk menghilangkan gelatin yang menyebabkan benih mengalami dormansi













DAFTAR PUSTAKA
Mugnisyah, WQ dan Aseo Setiawan. 1995. “Pengantar Produksi Benih . Jakarta : Raja Gravindo Persada.
Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi terhadap Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca C.DC. Skrpisi. Bogor. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Rachmat, S. dan Geraad Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Prosea Indonesia dan Balai Penelitian Hortikultura. Universitas Gadja Mada. Hal, 102-104.
Reijntjes, C, B. Haverkorb, A. Waters-Bayers. 1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta. :Kanisius. Hal, 44-45.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hal, 5-8.
Sadjad. S. 1977. Catatan Sejarah Tentang Pengembangan Mutu Benih. Vol. 2. Penataran Latihan Pola Beranam, LP3  IRRI, Bogor. Hal, 1-12.
Sugito, J. 1992. Sayur Komersial. Jakarta.:Penebar Swadaya. Hal, 106-112.
Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif dengan Mulsa Secara Tumpang Gilir. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal, 1-46.

Sunarjono, H, H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal, 109-114.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar