KOMODITAS TOMAT
1. Penyakit Layu Fusarium
Ø Gejala Layu Fusarium
Penyakit
layu Fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici.
Menurut Alexopoulos dan Mims (1979), pengkelasan F. oxysporum sebagai
berikut :
Kingdom :
Myceteae
Divisi :
Amastigomycota
Subdivisi :
Deuteromycota
Kelas :
Deuteromycetes
OrdO : Moniliales
Famili :
Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici
Gejala awal
penyakit layu Fusarium tomat berupa pucatnya tulang daun, terutama daun sebelah
atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman menjadi
layu secara keseluruhan. Seringkali kelayuan didahului dengan
menguningnya daun, terutama daun bagian bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak. Pada batang kadang terbentuk akar adventif. Pada tanaman yang masih muda dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak karena pada pangkal batang terjadi kerusakan (Semangun, 2002).
menguningnya daun, terutama daun bagian bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak. Pada batang kadang terbentuk akar adventif. Pada tanaman yang masih muda dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak karena pada pangkal batang terjadi kerusakan (Semangun, 2002).
tanaman tomat yang terinfeksi penyebab penyakit
layu Fusarium menunjukkan gejala pemucatan atau klorosis pada daun, diikuti
dengan terkulainya tangkai daun yang lebih tua dan sebelum tanaman layu
biasanya daun tanaman berubah warna menjadi kuning. Gejala layu seperti ini
ditimbulkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopercisi sebagaimana
yang dikemukakan oleh (Semangun (1994) dalam jurnal INSIDENSI PENYAKIT LAYU
FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) DI KECAMATAN
LANGOWAN BARAT.) dari variasi gejala yang terlihat tanaman yang layu dan
terus menguning dari tangkai hingga daun tanaman yang terserang.
Gejala pertama dari penyakit ini adalah menjadi
pucatnya tulang-tulang daun, terutama daun-daun sebelah atas kadang-kadang daun
sebelah bawah. Tanaman menjadi kerdil dengan tangkai merunduk dan akhirnya layu
keseluruhan, jika tanaman dipotong dekat pangkal batang akan terlihat suatu
cincin cokelat dari berkas pembuluh ((Semangun, 2004) dalam jurnal DOSIS DAN
FREKUENSI KASCING UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT.)
F. oxysporum f.sp. lycopersici dapat
bertahan lama dalam tanah. Tanah yang sudah terinfestasi akan sukar dibebaskan
kembali dari jamur ini. Jamur akan menginfeksi akar melalui luka, kemudian akan
menetap dan berkembang di berkas pembuluh (Sastrahidayat, 1990; Semangun,
2002). Infeksi yang terjadi pada akar sehat lebih lambat dibandingkan melalui
luka pada akar. Setelah tabung kecambah masuk, miselium bergerak menuju
pembuluh silem. Dalam pembuluh silem, miselium akan mengeluarkan toksin yang
akan mengubah permeabilitas selaput plasma sel tanaman inang sehingga lebih
cepat kehilangan air.
Jamur F. oxysporum dalam daur hidupnya
mengalami fase patogenesis dan saprogenesis. Pada fase patogenesis, jamur hidup
sebagai parasit pada tanaman inang yang dimulai pada saat patogen mulai masuk
dan memarasit inang (Sastrahidayat, 1990). Apabila tidak ada tanaman inang,
patogen dapat bertahan sebagai saprofit pada sisa tanaman, dan bertahan di
dalam tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas (Agrios, 2005). Penyebaran
penyakit dapat melalui bemacam luka untuk jalan infeksinya, misalnya luka
karena pemindahan bibit, pembumbunan, serangga, atau nematoda. Penyebaran jarak
jauh dapat melaui pemindahan tanaman sakit atau pemindahan tanah yang
terinfeksi (Semangun, 2002).
Perkembangan F. oxysporum sangat sesuai
pada tanah dengan kisaran pH 4,5-6,0 sedangkan pada biakan murni akan tumbuh
dengan baik pada kisaran pH 3,6-8,4. pH optimum untuk pensporaan sekitar
5,0, pensporaan yang terjadi pada tanah dengan pH di bawah 7,0 adalah 5-20 kali
lebih besar dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH di atas 7,0
(Sastrahidayat, 1990). Pada pH di bawah 7,0 pensporaan terjadi secara melimpah
pada semua jenis tanah, tetapi tidak akan terjadi pada pH di bawah 3,6 atau di atas
8,8. Suhu optimum untuk pertumbuhan jamur F. oxysporum adalah
20-300C, maksimum pada suhu 370C atau di bawahnya,
sedangkan suhu optimum untuk pensporaan adalah 20-250C (Domsch et
al., 1993).
Ø
PENGENDALIAN
Secara umum, usaha untuk mengendalikan penyakit yang
disebabkan oleh jamur F. oxysporum dapat dilakukan dengan: 1) penanaman
tomat varietas tahan, 2) pemberian kompos jerami yang diberikan 2 minggu
sebelum tanam, dan 3) penggunaan agensia hayati, seperti isolat Trichoderma,
antara lain T. harzianum, T. koningii, T. viridae, dan Gliocladium
fimbriatum (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2002).
2. Penyakit Mosaik tomat (ToMV)
Penyakit mosaik
pada tanam tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) dapat meninfeksi lima spesies tanaman yaitu dari keluarga
legume dan keluarga terung-terungan. Penyakit mosaik tomat pada tomat merupakan
penyakit paling sering dijumpai di areal pertanaman tomat. Penyakit ini dapat
mengakibatkan kerugian yang cukup besar, karena penyebarannya sangat cepat.
Kerugian akibat penyakit ini dapat mencapai 50%. Kerugian akan lebih besar lagi
apabila pathogen menyerang tanaman di persemaian atau tanaman yang masih muda.
Penyakit mosaik tomat seringkali berasosiasi dengan pathogen lain dalam
menyerang tanaman inangnya.
Ø
Gejala Serangan
Tanaman tomat yang terserang mosaik akan menunjukan
gejala berupa bercak-bercak yang berwarna hijau muda sampai kuning daunnya.
Biasanya bagian tersebut perkembangannya terhambat sehingga daun menjadi
berkerut dan tampak seperti terpuntir. Pada buah yang terinfeksi pathogen ini
akan menunjukan gejala perubahan bentuk buah dan ukuran buah menjadi kecil.
Pada dinding buah tomat yang terinfeksi tampak bercak-bercak nerkrotik.
Serangan pathogen pada persemaian dapat mengakibatkan matinya tanaman.
Ø
Penyebab penyakit
Penyakit mozaik pada tomat disebabkan oleh tomato
mosaic virus (ToMV). Virus berbentuk batang dengan panjang berkisar 280nm dan
tebal 15nm. Virus ToMV dapat bertahan dalam tanaman inang sampai puluhan tahun.
Virus tersebut masih tetap aktif walaupun telah di simpan sampai puluhan tahun.
Selain tomat, virus juga dapat menyerang sayur-sayuran, bunga-bungaan dan
gulma. Tanaman yang dapat terserang virus ini dapat mencapai 150 genera
terutama herba dikotil. Virus ini dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada
tanaman tembakau, tomat dan berbagai tanaman lainnya, tetapi hamper tidak
menunjukan gejala pada tanaman anggur dan apel. Virus penyebab penyakit dapat
bertahan pada cairan perasan selama 6 jam dalam penyimpanan pada kelarutan
1:100.
Ø
Penularan
Penularan virus ini tidak melalui vector, virus TomV
dapat ditularkan dari tanaman sehat ke tanaman sakit melalui cara mekanik,
ternak, alat-alat pertanian, hewan maupun manusia. Virus TomV dapat bertahan
dalam sisa-sisa tanaman sakit, gulma dari golongan seperti cabai, terung, dan
lain-lainnya.
Ø
Pengendalian penyakit
Penyakit ini
dapat dikendalikan melalui berbagai cara seperti :
a.
Pelanggaran bagi para pekerja agar tidak merokok di
saat bekerja di lahan, Karen virus ini dapat terbawa oleh bahan tembakau rokok.
b.
Pencabutan tanaman yang telah terinfeksi
c.
Sanitasi
d.
Proeksi silang dengan jalan menularkan strain lemah
virus mosaik tembakau ke tanaman
DAFTAR
PUSTAKA
Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology, 5 th
ed. Elsevier Academic Press, California. 944pp.
Alexopoulos, C.J. and C.W. Mims.
1979. Introductory Mycology. 4th ed. John Willey & Sons
Inc., New York. Pp. 214-250.
Direktorat Perlindungan
Hortikultura. 2002. Penyakit layu Fusarium. Departemen Pertanian
(On-line). http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/opt/pisang/ fusarium.
htm diakses 20 Maret 2008.
Domsch, K.H., W. Gams, and T.H.
Anderson. 1993. Compendium of Soil Fungi. Volume 1. IHW-Verlag, Eching.
Sastrahidayat, I.R. 1990. Ilmu
Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional, Surabaya. 366 hal.
Semangun, H. 1991. Host
index of plants diseases in Indonesia. Gadjah Mada Univ.Press. Yogyakarta. 351
pp
Semangun, H. 2004.
Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikul-tura di Indonesia Edisi II Gajah Mada
University. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar