KOMODITAS KENTANG
1.
Penyakit Busuk Umbi pada Kentang
Kentang
(Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas potensial sebagai sumber
karbohidrat dan mempunyai arti penting pada perekonomian Indonesia. Salah satu
kendala produksi kentang adalah serangan penyakit busuk lunak yang disebabkan
oleh
bakteri Erwinia carotovora (syn. Pectobacterium carotovorum). baik ketika masih di lapangan maupun di gudang penyimpanan (Addy, 2007). Serangan patogen tersebut dapat menyebabkan perubahan fisik, fisiologi dan kimia pada umbi kentang sehingga berpengaruh terhadap
kuantitas dan kualitas produksi umbi kentang.
E. carotovora merupakan salah satu spesies bakteri yang umumnya menyebabkan gejala busuk lunak pada beberapa tanaman hortikultura (Schaad et al., 2001). Bakteri ini merupakan patogen terbawa tanah yang sulit dikendalikan secara kimiawi dan penyebarannya sangat cepat.
bakteri Erwinia carotovora (syn. Pectobacterium carotovorum). baik ketika masih di lapangan maupun di gudang penyimpanan (Addy, 2007). Serangan patogen tersebut dapat menyebabkan perubahan fisik, fisiologi dan kimia pada umbi kentang sehingga berpengaruh terhadap
kuantitas dan kualitas produksi umbi kentang.
E. carotovora merupakan salah satu spesies bakteri yang umumnya menyebabkan gejala busuk lunak pada beberapa tanaman hortikultura (Schaad et al., 2001). Bakteri ini merupakan patogen terbawa tanah yang sulit dikendalikan secara kimiawi dan penyebarannya sangat cepat.
Ø Gejala Penyakit pada Tanaman :
Gejala yang umum pada tanaman Kentang adalah busuk
basah, berwarna coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian
terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap
(melekuk), bentuknya tidak teratur, coklat tua kehitaman. Jika kelembaban
tinggi, jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan,
dan tampak agak berbutir-butir halus. Di sekitar bagian yang sakit terjadi
pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Jaringan yang membusuk pada mulanya
tidak berbau tettapi adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi
berbau khas yang mencolok hidung.
Ø
Pengendalian :
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
mencegah dan mengendalikan patogen ini antara lain :
1.
Melalukan sanitasi, menjaga kebersihan
kebun khususnya dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum penanaman.
2. Menanam dengan
jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembaban yang terlalu
tinggi, terutama di musim hujan.
3. Pada waktu
memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari terjadinya luka
yang tidak perlu, khususnya pada waktu hama menyerang.
4. Pengendalian
pasca panen dilakukan dengan :
Ø
Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorine
Ø
Krop yang terserang sebelum disimpan daun-daun yang
terinfeksi dibuang dan dimusnahkan.
Ø
Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan
pengangkutan.
Ø
Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai
ventilasi yang cukup, sejuk dan difumigasinya sebelumnya
5.
Pengendalian
Menggunakan Agens Hayati
Agens hayati yang
digunakan yaitu Bakteri rizosfer seperti B.
subtilis dan P. Fluorescens. Agens
hayati ini akan mengendalikan patogen E.
Carotovora dengan cara bersaing untuk mendapatkan zat makanan atau
menghasilkan senyawa-senyawa metabolit seperti siderofor, antibiotik atau enzim
ekstraseluler yang dapat merusak fungsi perlindungan membran sel bakteri E.
Carotovora. Sel bakteri E. carotovora
akan kehilangan air dan mengalami plasmolisis. Hambatan tersebut dapat
dilakukan dengan pengaruh senyawa antibiotik tersebut dalam untuk merusak
dinding sel bakteri patogen. Sehingga aktifitas metabolisme bakteri patogen
menjadi terganggu. Dengan demikian aktifitas metabolisme bakteri patogen
terganggu dan menyebabkan sel bakteri patogen akan mati. Pengaruh senyawa
antibiotik memiliki peran dalam proses sintesa protein sel. Sintesa protein sel
dapat terhambat bila terkena senyawa antibiotik sehingga sel akan rusak dan tidak dapat melakukan sintesa protein.
2.
Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas Solanacearum)
Ø
Gejala Serangan :
Beberapa daun muda layu
dan daun tua sebelah bawah menguning. Apabila bagian tanaman yang terinfeksi
(batang, cabang, dan tangkai daun) dibelah akan tampak pembuluh berwarna
coklat, demikian juga empulur sering berwarna kecoklatan. Pada penyakit stadium
lanjut apabila batang dipotong, akan keluar lendir bakteri berwarna putih susu.
Lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu
Fusarium.
Ø
Tanaman
inang :
Tembakau (Nicotiana
tabacum L.), kentang (Solanum tuberosum L.), kacang tanah (Arachis hypogea L),
dan pisang (Musa spp.)
Ø Pengendalian :
1.
Gunakan
pupuk kandang yang telah masak. Pupuk kandang yang belum masak dapat memacu
perkembangan bakteri ini memalui kenaikan suhu tanah yang disebabkan oleh
proses fermentasi pupuk organik.
2.
Kurangi
penggunaan urea, Kalau perlu gunakan NPK saja. Penggunaan urea yang berlebihan
akan menyebabkan tanaman sukulen dan mudah terserang penyakit.
3.
Gunakan
benih varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
4.
Pergiliran
tanaman menggunakan tanaman selain famili solanaceae (terung -terungan).
5.
Hindari
mengocor NPK maupun pupuk kimia lain pada akar tanaman. Pengocoran pupuk kimia
akan menyebabkan luka pada akar tanaman
6.
Pencelupan
bibit sebelum tanam menggunakan larutan bakterisida
7.
Mencabut
tanaman yang telah terserang penyakit layu bakteri ini.
8. Hindari
mengairi lahan dengan menggenangi lahan terlalu tinggi, kalau perlu jangan
digenangi.
9. Berdasarkan
pengalaman, jika tanaman telah terserang layu penggunaan bakterisida menjadi
kurang efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Addy,
H. S. 2007. Pengaruh Sumber Mineral Terhadap Penekanan Erwinia carotovora oleh
Psudomonas pendar-fluor Secara In Vitro. Jurnal HPT Tropika. Volume 7. No. 2.
Schaad,
N., J. Jones dan W. Chun. 2001. Laboratory Guide for the Identification of
Plant Pathogenic Bacteria, 3rd Edition. APS Press. Amerika. Hal 1-71
0 komentar:
Posting Komentar